Sebuah film dokumenter baru saja mengungkapkan fakta baru bahwa bakteri usus tidak hanya menjadi pemicu masalah pencernaan, namun juga menjadi penyebab dari berat badan berlebih atau obesitas.
Profesor Tim Spector, sosok dibalik dokumenter berjudul The Diet Myth itu mengatakan bahwa diet yang dilakukan masyarakat modern saat ini sebenarnya merusak bakteri baik yang ada di dalam usus. Hal itu, terutama terjadi karena masyarakat modern lebih gandrung dengan makanan siap saji, ketimbang makanan sehat.
Dalam dokumenter tersebut, Spector melakukan eksperimen yang dinamainya dengan Super-Size-Me. Dia menggunakan anak laki-lakinya, Tom, sebagai kelinci percobaan. Tom hanya diizinkan untuk mengkonsumsi makanan cepat saji selama 10 hari. Spector ingin melihat aktivitas dan jumlah mikroba baik dalam saluran pencernaan Tom selama mengonsumsi makanan siap saji.
Awalnya, dia merasa senang menjadi kelinci percobaan ayahnya. Namun setelahnya dia malah memiliki keinginan untuk mengonsumsi makanan sehat.
“Idenya adalah untuk menciptakan Super-Size-Me dengan mikroba pada skala sedikit lebih kecil. Saya juga menyadari bahwa saya tidak ingin membunuh anak saya lewat eksperimen ini,” ujar profesor Spector dalam film dokumenter itu.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mikroba pada usus Tom malah hilang 40 persen dalam waktu singkat setelah dia mengonsumsi makanan cepat saji.
“Pada hari keempat saya merasakan seperti mabuk tiap usai menyantap makanan tersebut,” ujar Tom.
Menurut Profesor Spector, spesies mikroba dan bakteri baik yang berada dalam usus sangat penting untuk tubuh karena bertanggung jawab untuk memproduksi senyawa kimia dan enzim yang mencerna makanan.
“Yang mengejutkan adalah betapa cepatnya perubahan terjadi. Setelah hanya empat hari menyantap makanan cepat saji, mikroba-mikroba di dalam perutnya sudah menderita. Sebelumnya, butuh waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan untuk mengubah mikroba pada tubuh,” kata Profesor Spector.
Dia menjelaskan, saat dua minggu setelah percobaan tersebut, Tom mulai memakan sayuran dan buah-buahan lagi. Namun mikroba yang hilang sebanyak 50 persen itu ternyata belum tergantikan.
Spector menyebut, ada kandungan antibiotik dalam jumlah tinggi di makanan siap saji, yang merupakan imbas dari pemberian antibiotik pada hewan ternak. Dia juga mengatakan bahwa penggunaan antibiotik yang tinggi bakal mempengaruhi cara usus mencerna makanan, terutama jika telah dilakukan sejak usia muda.
“Antibiotik membuat semua berat badan hewan ternak bertambah dan menghasilkan sedikit jenis mikroba dalam saluran pencernaan. Hal sama yang terjadi pada manusia, yang menggunakan antibiotik langsung dan mengkonsumsi daging dan ikan dengan porsi yang sedikit,” katanya.
Dia bersikeras bahwa sekeras apapun diet dilakukan, tidak akan bekerja kecuali perut memiliki mikroba yang diperlukan untuk mengatur dan menghancurkan makanan.
“Semakin sehat sistem kekebalan tubuh kita, maka obesitas akan semakin berkurang,” ujarnya.
Meski demikian, Spector menyebut, mengkonsumsi probiotik yang ada di yogurt, sayur-sayuran berakar, kacang-kacangan, zaitun dan makanan berfiber lainnya dapat melawan kerusakan itu.
Dia pun mempunyai beberapa saran untuk orang yang mencoba untuk menurunkan berat badan.
“Saya pikir berdebat tentang kalori dan diet membuat orang semakin sulit melakukannya. Mengubah kualitas dan keragaman makanan merupakan hal yang sangat penting. Saya sarankan untuk menjadi vegetarian beberapa saat untuk meningkatkan keragaman dan mengurangi jumlah makanan yang Anda asup. Lalu Anda dapat melakukan puasa dengan jendela makan, dan mendapatkan apa yang bermanfaat baik untuk tubuh Anda,” katanya.
Sumber : CNN Indonesia