Benarkah.., Orang Sibuk Miliki Otak lebih Tajam

Seperti apa kemampuan otak manusia?

Ada sisi positif dari aktivitas yang padat dan membuat Anda sibuk. Menurut studi ilmiah, orang yang sibuk memiliki kemampuan otak yang lebih tajam. Daya ingatnya lebih baik dibanding orang yang kurang sibuk.

Bukan hanya itu, orang yang sibuk juga memproses informasi lebih cepat dan kemampuan memecahkan masalah lebih baik.

Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan, orang berusia lanjut yang mempelajari ketarampilan baru, misalnya fotografi, merajut, atau belajar menggunakan tablet, memiliki memori episodik yang lebih baik.

Memori episodik adalah kemampuan untuk belajar dan mengingat informasi baru. Sementara itu, penelitian lain menyimpulkan bahwa tetap aktif secara fisik dan sering melakukan kegiatan sosial berdampak positif pada fungsi otak.

Hidup aktif dan belajar hal-hal baru diketahui memicu perkembangan jalur baru di otak.

“Seperti halnya olahraga berdampak menyehatkan bagi tubuh, demikian juga kita harus melatih otak kita,” kata Jeffrey Borenstein, CEO Brain & Behavior Research Foundation.

Tapi Perlu diingat Juga, bahwa kondisi Otak juga butuh relaxsasi yang dapat berdampak kesehatan dalam jiwa.

kondisi Otak kita hampir selalu berada dalam kondisi “on”, bahkan saat kita sedang malas berpikir. Kondisi Otak terus-menerus bekerja memikirkan deadline, rapat, dan berbagai hal lain, sampai akhirnya mogok minta jeda.

Walau kita kerap menganggap istirahat, rileks, dan berkhayal, sebagai kegiatan tak produktif, nyatanya mengambil jeda dan juga aktif melakukan kegiatan sosial, bisa meningkatkan kesehatan otak.

Menurut Dr.David Agus, penulis buku The Lucky Years: How to Thrive in the Brave New World of Health, otak bertanggung jawab agar kita bisa merasa sadar dan juga supaya kita bisa beradaptasi dengan lingkungan.

Mengingat berbagai fungsi otak yang sangat vital, tentu kita ingin agar organ tubuh yang satu ini selalu dalam kondisi prima agar berfungsi optimal.

Sosialisasi

Manusia adalah makhluk sosial dan butuh interaksi dengan orang lain. Dalam penelitian, tikus yang dipisahkan dari kelompoknya dan diisolasi akan mengalami berbagai gangguan sistem imun. Ia jadi gampang sakit dan rentan infeksi.

Tetapi, ketika tikus itu dikembalikan ke kelompoknya, kondisi kesehatannya kembali normal. Hal yang sama juga terjadi pada manusia.

“Kita didesain untuk menjadi sosial. Oleh karenanya orang yang selalu sendirian dan tidak punya interaksi yang dalam dengan orang lain, kondisi kesehatannya akan turun,” kata Agus.

Interaksi sosial termasuk dalam aktivitas yang bisa menjaga otak dalam kondisi sehat. Interaksi sosial membutuhkan memori, perhatian, dan kontrol, sebuah proses yang melibatkan banyak tugas kognitif.

Agar sehat jiwa dan raga, kita juga seharusnya menciptakan keseimbangan antara kehidupan sosial dan istirahat.

Hening

Bagaimana pun kita juga perlu sendirian, diam, dan hening. Kesendirian itu akan mengisi ulang otak, membiarkan kita meresapi apa yang kita alami.

Sebagai contoh, jika seorang anak terus menerus belajar tanpa ada waktu jeda untuk bermain, ia tak akan bisa mengingat apa yang sudah dipelajarinya, dibandingkan dengan anak yang memiliki waktu jeda cukup.

Mengistirahatkan otak bisa dilakukan di mana saja. Yang paling bermakna saat ini adalah mematikan gadget dan mendengarkan musik favorit dalam perjalanan pulang dari kantor. Intinya, otak juga perlu keheningan.

 

sumber : kompas, editor : hrr

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.