Mengakses situs berita di situs online via perambanmobile kerap bikin kesal karena pemrosesannya lambat dan navigasinya kaku. Oleh sebab itu, media online berbondong-bondong membuat aplikasi mobile yang lebih user-friendly.
Kendala lainnya, aplikasi mobile menuntut pengguna melakukan instalasi yang memakan memori hingga belasan megabyte. Padahal, memori smartphone sudah terkuras oleh aplikasi-aplikasi populer berjenis instant messaging, media sosial, dan gaming.
Masalah itu hendak ditumpas Google melalui tool baru bertajuk Aplikasi Web Progresif alias PWA. Sederhananya, PWA menawarkan pengalaman mengakses situs via peramban mobile, tetapi terasa seperti menjajal aplikasi.
“Performanya lebih baik daripada situs biasa, lalu juga ada push notification dan ikon di home screen. Pokoknya seperti aplikasi, padahal sebenarnya situs,” kata Strategic Partner Manager Google Asia Tenggara, Rica Handayani, dalam rangkaian acara “Google for Indonesia” di Ballroom Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Senin (9/8/2016).
Dengan performa yang lebih baik, kata Rica, akses berita via platform PWA juga akan menurunkan bounce rate suatu situs. Adapun bounce rate merupakan persentase jumlah pengunjung yang langsung meninggalkan situs atau hanya membuka satu halaman.
Menurut pengamatan Google, rata-rata pengunjung akan meninggalkan laman yang ia buka setelah tiga detik menunggu pemrosesan. Rica mengklaim pemuatan konten pada situs berjenis PWA akan lebih cepat sekitar tiga hingga lima detik dibandingkan situs konvensional sehingga pengunjung lebih betah.
Pengalaman Kompas.com pakai PWA
Hal ini diiyakan oleh Manajer Teknologi Kompas Group of Digital, Ihwan Santoso, yang sudah mengimplementasikan PWA pada situs beritaKompas.com. Baru sembilan hari meluncurkan versi PWA, Ihwan mencatat dua peningkatan yang dialami Kompas.com.
“Durasi kunjungan dari rata-rata cuma dua menit sekarang jadi empat menit. Halaman yang dibuka juga meningkat, dari rata-rata satu menjadi tiga,” kata dia pada kesempatan yang sama.
Selain pemuatan konten yang lebih cepat, hemat memori, dan fiturnya lebih responsif, PWA juga menghadirkan kemampuan akses offline. Pada Kompas.com, pengguna mobile cukup membuka situs PWA-nya di alamat app.kompas.com.
Situs akan mengunduh otomatis sepuluh konten berita di laman utama secara otomatis. Selanjutnya, pengguna bisa mematikan data maupun koneksi Wi-Fi sembari membaca sepuluh berita tersebut.
“Bisa diandalkan saat offline. Bahkan ketika pengguna close daribrowser, akan tetap dapat notifikasi berita. Mungkin ini akan jadi masa depan,” kata Ihwan.
PWA ini sebenarnya tak eksklusif diperuntukkan bagi portal beritaonline. Di Indonesia, beberapa platform yang juga sudah menggunakannya antara lain situs belanja online Tokopedia dan forumonline KasKus.
Pengguna juga tak mesti membuka PWA dari Chrome yang notabene peramban milik Google. Sejauh ini, PWA sudah bisa diakses pula melalui Firefox, Opera, dan browser Samsung.
Sebelum ini, Google sudah mempunyai tool bernama Accelerated Mobile Pages (AMP) yang juga bertujuan untuk meningkatkan pengalaman pengguna menjajal situs mobile. Nah, PWA ini tak berperan sebagai pengganti AMP.
Rica mengatakan, AMP dan PWA justru merupakan kombinasi yang pas. AMP membuat pengguna merasakan instant loading ketika membuka suatu situs yang berasal dari Google Search.
“Data yang dikeluarkan untuk mengakses situs yang pakai AMP juga lebih minim. Intinya dua tools itu memang head to head,” Rica menuturkan.