Presiden Joko Widodo menargetkan terciptanya 1.000 wirausaha digital atau technopreneur di Indonesia pada 2020 untuk mendukung perkembangan ekonomi digital di Indonesia.
Meski dianggap sebagai target yang sangat ambisius, dalam sebuah sesi pada gelaran Indonesia E-Commerce Summit and Expo (IESE) 2016, para pelaku industri digital mengatakan bukan berarti hal itu tidak mungkin terjadi.
“Kuncinya saat ini mencari SDM. Yang dibutuhkan adalah skill, terutama di bagian pengembang atau CTO,” kata Shinta W. Dhanuwardoyo, CEO dan founder Bubu.com, di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Jumat (29/4).
Shinta menyayangkan bahwa saat ini banyak sekali startup yang mendatangkan pengembang dari India atau Eropa. Dia yakin bahwa Indonesia memiliki SDM yang tidak kalah dengan luar negeri.
“Kita butuh semua pihak, pemerintah, universitas. Dengan banyaknya populasi anak muda di Indonesia, saya yakin pasti ada jalan. Sangat menantang tapi kita siap untuk itu,” kata Shinta.
Senada dengan Shinta, Country Manager Intel Indonesia Corporation, Harry K Nugraha, berpendapat SDM menjadi kunci membangun 1.000 technopreneur.Lebih jauh, menurut Harry, edukasi menjadi fondasi dasar untuk mewujudkannya.
Dari segi pendidikan, dosen University of Technology Sydney, Nigel Bairstow, yang hadir dalam kesempatan itu, mengatakan institusi pendidikan perlu menyiapkan para mahasiswa untuk menjadi wirausaha digital.
“Dari universitas perlu memberikan materi pembelajaran yang sesuai, dan juga pengembangan skill kewirausahaan, salah satunya dengan magang,” ujar dia.
“Universitas juga perlu bekerja sama dengan sejumlah pihak dalam mendukung hal tersebut,” sambung dia.
Tidak hanya sampai di situ, menurut Shinta, mentor menjadi tantangan tersendiri untuk mewujudkan 1.000 technopreneur. “Pasti yang muncul nama-nama yang sama,” kata dia.
Untuk itu, Harry mengatakan perlu adanya kolabrorasi lintas industri, mulai dari penyediaan infrastruktur hingga dalam hal pendanaan, untuk membangun ekosistem kewirausahaan digital.
Jika ekosistem sudah terbentuk, hal utama yang diperlukan adalah pelaku wirausaha digital itu sendiri. Bagaimana mengajak anak muda berwirausaha, menurut Harry, menjadi tantangan tersendiri.
Saat ini, dia melihat, sudah banyak sekali program yang diciptakan untuk memfasilitasi para calon wirausaha digital.
Menurut dia, yang kini perlu dilakukan adalah mengubah mindset anak muda sekarang untuk tidak lagi menjadi konsumen, tetapi mendorong mereka untuk menjadi produsen.
“Tinggal pikirkan 1.000 ide, karena banyak sekali alat yang tersedia untuk mengembangkan potensi diri,” ujar Harry.
“Tidak ada standar untuk menjadi programmer yang baik. Kalau Anda punyapassion dan percaya produk Anda, lakukan. Jika Anda tidak yakin dapat melakukannya, ada banyak fasilitas. Anda dapat mengikuti program,” tambah dia.
sumber : antaranews
editor : ybw